Jumat, 25 Desember 2015

#JustCollegeThings Uang Kuliah Tunggal

Hai! Gimana kabar rapor? Sehat? Setelah keluar rapor semester 5 dan melirik riwayat rapor kalian ke belakang, mestinya kalian yang mau ikutan SNMPTN udah punya gambaran buat nentuin kelanjutan studi kalian. Kalo kalian bener-bener berharap banget dengan SNMPTN, mungkin setelah ngeliat hasil rapor kalian bisa menyesuaikan lagi pilihan kalian. Tapi kalo kalian yakin dengan kemampuan kalian dan siap berjuang di SBMPTN atau ujian mandiri, mestinya gimanapun hasil rapor kalian dan apapun pilihan kalian di SNMPTN nanti nggak jadi masalah, karena, ya, nothing to lose.

Tapi nanti dululah pusingnya. Liburan aja dulu, menyegarkan pikiran dan kejiwaan sebelum bener-bener diperes habis di UN dan ujian masuk perguruan tinggi. Dan sebelum mulai kemas-kemas koper mending baca ulasan admin kali ini. Kali ini kita bakal ngebahas hal kedua atau ketiga yang paling sering kalian tanya ke kakak-kakak alumni, yaitu tentang sistem Uang Kuliah Tunggal atau UKT.

"Uang Kuliah", artinya biaya kuliah. Ekuivalen dengan SPP di sekolah. "Tunggal", artinya satu-satunya. Jadi di sistem UKT kalian cukup bayar biaya kuliah satu kali dan itu aja dalam satu periode tertentu—biasanya satu semester—dan di dalam tiap periode pembayaran besarannya selalu sama. Biaya per semester emang jadi agak lebih mahal dibanding sebelum UKT berlaku, tapi kalian jadi terbebas dari beban uang pangkal di awal masuk kuliah yang besarnya bisa belasan-puluhan juta rupiah.

Karena biaya kuliah satu-satunya, *mestinya* pihak universitas nggak berhak buat mungut biaya apa-apa lagi buat kepentingan apapun, termasuk uang pangkal, uang gedung, uang fasilitas, biaya SKS, biaya praktikum, dan biaya-biaya lainnya karena semuanya udah di-cover UKT.

Besaran UKT dibagi ke dalam beberapa tingkatan dan bisa beda-beda buat tiap orang, tergantung kebijakan tiap universitas, program studi, dan kemampuan ekonomi keluarga kalian. Jadi setelah kalian dinyatakan lulus seleksi masuk, pihak universitas bakal minta berbagai macam data, termasuk data tentang rincian pendapatan orang tua dan kondisi ekonomi keluarga kalian. Dari data itu bakal ditentuin biaya kuliah kalian ada di tingkatan berapa. Kalo keluarga kalian tergolong berkecukupan atau malah berkelebihan dan dapet tingkatan UKT yang tinggi, ikhlaskan. Sebab salah satu tujuan awal penerapan UKT itu buat membantu teman-teman kalian nanti yang keluarganya kurang mampu lewat subsidi silang.

UKT ini mulai diterapkan baru sejak angkatan 2013 yang lalu dan berlaku di seluruh PTN di Indonesia. Tapi berlakunya cuma buat kelas-kelas reguler loh ya. Di kelas-kelas internasional dan kelas paralelnya UI, sistem pemeringkatan UKT nggak berlaku. Biasanya besarannya rata buat setiap orang. Jadi kalo kemampuan ekonomi keluarga jadi salah satu pertimbangan kalian, pastiin kalian nggak salah masuk kelas atau salah jalur masuk, biar kalian sendiri nggak kerepotan nantinya.

Nah itu kan buat PTN, gimana buat yang PTS?

Di PTS nggak ada sistem yang berlaku universal buat seluruh PTS, jadi sistem pembiayaan kuliahnya tergantung kebijakan masing-masing universitas. Ada yang membebankan uang pangkal cuma buat mahasiswa yang masuk lewat jalur tertentu, ada yang besarannya tergantung jumlah SKS yang diambil, ada yang besarannya rata buat semua orang, pokoknya tergantung kebijakan universitasnya.

Gimana, jelas kan? Jelas dong. Pesan admin itu tadi, kalo kemampuan ekonomi keluarga termasuk pertimbangan kalian, cari tau info soal kelas atau jalur masuk yang akan kalian tempuh nanti. Jangan sampe kalian kerepotan sendiri nantinya. Misal kalian ngerasa besaran UKT yang kalian dapet nggak sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga kalian, jangan malu-malu buat ngadu ke posko-posko advokasi yang biasanya ada di bawah BEM tiap universitas atau fakultas.

Dan semisal kalian menemukan penyimpangan dalam penerapan UKT, jangan diem aja. Tuntut, lawan, luruskan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar